Pada malam yang gelap di perairan Teluk Tonkin, dua kapal perusak Amerika melaju perlahan di lautan yang berombak. Tidak ada yang menyangka bahwa dalam hitungan jam, peristiwa ini akan mengubah sejarah dunia dan menyeret Amerika Serikat ke dalam perang yang brutal dan berkepanjangan.

Awal Mula Sebuah Konspirasi?
Awal 1960-an adalah masa penuh ketegangan di Asia Tenggara. Perang Dingin semakin memanas, dan Vietnam menjadi ajang pertarungan ideologi antara Komunis Vietnam Utara dan Vietnam Selatan yang didukung Amerika.
Tapi ada sesuatu yang tidak banyak diketahui orang—AS sebenarnya sudah lebih dulu “bermain api” dengan melancarkan Operasi OPLAN 34A. Ini bukan sekadar operasi biasa, melainkan misi rahasia yang melibatkan serangan komando terhadap instalasi militer Vietnam Utara. Pasukan Vietnam Selatan memang yang turun tangan, tetapi dalangnya? CIA dan Komando Operasi Khusus AS.
Sementara itu, kapal perusak AS, USS Maddox, berlayar di dekat perairan Vietnam Utara dengan misi yang disebut Desoto Patrols—sebuah operasi pengintaian yang lebih mirip sebagai upaya memancing reaksi musuh.
Malam yang Mencekam: Serangan 2 Agustus 1964

Di bawah langit malam yang suram, USS Maddox tiba-tiba berhadapan dengan tiga kapal torpedo Vietnam Utara. Merasa terancam, Maddox langsung menembakkan peluru peringatan. Namun, respons Vietnam Utara lebih agresif—mereka meluncurkan torpedo! Maddox pun membalas dengan tembakan artileri. Satu kapal Vietnam Utara hancur, dua lainnya mengalami kerusakan, sementara Maddox tetap utuh.
Namun, ada yang aneh. Sehari sebelum insiden ini, pasukan Vietnam Selatan telah menyerang fasilitas militer Vietnam Utara dalam operasi rahasia AS. Jadi, apakah Maddox benar-benar diserang tanpa alasan? Atau ini hanyalah reaksi terhadap provokasi yang dilakukan AS sendiri?
Serangan Bayangan: 4 Agustus 1964

Dua hari kemudian, di tengah badai yang mengamuk di Teluk Tonkin, USS Maddox dan USS Turner Joy menerima perintah siaga penuh. Radar mendeteksi pergerakan misterius, sonar menunjukkan tanda-tanda torpedo di bawah air, dan laporan radio mengindikasikan musuh sedang bergerak.
Para awak kapal bersiap. Senjata diarahkan ke kegelapan. Ketegangan memuncak. Mereka mulai menembak tanpa henti ke laut. Namun, ada satu masalah besar—TIDAK ADA MUSUH DI SANA!
Kapten John J. Herrick, yang berada di kapal, mengirim pesan ke markas besar, meragukan apakah mereka benar-benar diserang atau hanya melihat bayangan di tengah badai. Laporan itu jelas. Tidak ada kepastian bahwa serangan terjadi.
Tapi tahukah Anda apa yang terjadi di Washington?
Propaganda Perang Dimulai
Meskipun bukti masih samar, Presiden Lyndon B. Johnson segera muncul di televisi, memberi tahu rakyat Amerika bahwa pasukan mereka telah diserang oleh Vietnam Utara—DUA KALI! Dunia pun geger. Tanpa menunggu klarifikasi lebih lanjut, Kongres AS mengesahkan Resolusi Teluk Tonkin pada 7 Agustus 1964, memberi Johnson wewenang untuk mengerahkan kekuatan militer tanpa deklarasi perang resmi.
Hanya dua senator yang berani menentang resolusi ini—Wayne Morse dan Ernest Gruening—tapi suara mereka tenggelam dalam gelombang nasionalisme yang membara.
Perang Dimulai, Kebenaran Dikubur
Resolusi ini membuka gerbang ke neraka. Ribuan, lalu ratusan ribu tentara Amerika dikirim ke Vietnam. Perang pun berkecamuk selama lebih dari satu dekade, meninggalkan jejak luka yang mendalam bagi kedua negara. Protes besar-besaran terjadi di AS, rakyat mulai mempertanyakan keputusan pemerintah, dan ketidakpercayaan terhadap pemimpin negara semakin besar.
Baru beberapa dekade kemudian, kebenaran mulai terungkap. Pada tahun 2005, Badan Keamanan Nasional AS (NSA) merilis dokumen rahasia yang menyatakan dengan tegas bahwa tidak ada serangan kedua pada 4 Agustus 1964! Semua laporan yang digunakan sebagai alasan perang adalah hasil dari kesalahan interpretasi, ketergesaan, atau bahkan manipulasi politik.
Pelajaran dari Insiden Teluk Tonkin
Insiden ini adalah bukti nyata bagaimana propaganda dan manipulasi informasi bisa menyeret sebuah negara ke dalam perang yang menghancurkan. AS kehilangan lebih dari 58.000 jiwa, sementara jutaan rakyat Vietnam—baik sipil maupun tentara—menjadi korban dalam konflik yang sejatinya bisa dihindari.
Hari ini, kita harus belajar dari kesalahan sejarah. Ketika pemerintah atau media memberitakan sebuah peristiwa yang mengarah pada perang, kita harus bertanya: Apakah ini benar? Atau hanya skenario yang telah dirancang untuk tujuan politik?
Karena, seperti yang telah kita pelajari dari Insiden Teluk Tonkin—tidak semua yang dikatakan pemimpin dunia adalah kebenaran.