Negeri yang Hampir Terhapus dari Peta
Embun tipis masih menyelimuti perbukitan yang mengelilingi San Marino, negeri kecil yang telah bertahan lebih dari 1.700 tahun di tengah pergolakan Eropa. Namun, tidak semua negara sekecil ini memiliki nasib yang sama. Beberapa terhapus dari peta dunia tanpa jejak, sementara yang lain bertahan dengan sisa kekuatan terakhir mereka. Bagaimana negara-negara ini menghadapi ancaman kepunahan?

Di berbagai belahan dunia, negara kecil sering kali menjadi korban sejarah. Beberapa dilanda perang yang berkepanjangan, sementara yang lain dicerabut oleh perjanjian politik yang tidak menguntungkan. Namun, ada pula yang mampu bertahan, meski dengan susah payah.
Liechtenstein dan Diplomasi Bertahan Hidup
Liechtenstein, sebuah kerajaan kecil di jantung Eropa, nyaris lenyap dalam pusaran Perang Dunia II. Tidak memiliki tentara, tidak memiliki pertahanan, dan hanya mengandalkan diplomasi sebagai tameng terakhir. Saat Jerman memperluas wilayahnya, Liechtenstein memilih strategi unik: mereka menjalin hubungan ekonomi dengan Swiss dan tetap bersikap netral, sementara keluarga kerajaan mereka membuka komunikasi diam-diam dengan negara-negara besar.

Keputusan ini menyelamatkan Liechtenstein dari aneksasi. Negara ini bahkan menampung ribuan pengungsi dari Eropa Timur setelah perang usai, menunjukkan bahwa kelangsungan hidup sebuah negara tidak selalu bergantung pada kekuatan militer.
Sealand, Negara Mikro yang Menantang Dunia
Di lepas pantai Inggris, sebuah benteng laut bekas Perang Dunia II berubah menjadi negara mikro bernama Sealand. Didirikan oleh seorang mantan tentara Inggris, Roy Bates, Sealand mengklaim kemerdekaannya pada tahun 1967 dan sejak itu menghadapi berbagai upaya perebutan kekuasaan.

Salah satu momen paling dramatis terjadi ketika sekelompok orang bayaran mencoba merebut benteng ini. Dengan persenjataan minim, keluarga Bates berhasil merebut kembali wilayahnya dan bahkan menahan para penyerang sebagai tawanan perang. Meski tidak diakui secara resmi oleh negara mana pun, Sealand tetap bertahan hingga hari ini sebagai simbol perlawanan dan ketahanan sebuah negara mikro.
Maladewa dan Ancaman Tenggelam
Berbeda dengan Sealand yang bertahan dari ancaman manusia, Maladewa menghadapi musuh yang lebih besar: perubahan iklim. Dengan ketinggian rata-rata hanya 1,5 meter di atas permukaan laut, negara ini terancam tenggelam akibat naiknya permukaan air laut.

Pemerintah Maladewa mengambil langkah drastis dengan membeli tanah di negara lain sebagai tempat evakuasi jika skenario terburuk terjadi. Sementara itu, mereka berjuang di forum internasional, mendesak negara-negara besar untuk mengambil tindakan nyata dalam mengatasi perubahan iklim.
Akankah Negara-Negara Ini Bertahan?
Dari perang hingga perubahan iklim, tantangan yang dihadapi negara-negara kecil ini menunjukkan betapa rapuhnya sebuah perbatasan. Beberapa mungkin akan terus bertahan dengan strategi diplomasi dan adaptasi, sementara yang lain bisa saja lenyap di abad mendatang.
Yang pasti, kisah-kisah ini bukan hanya tentang negara yang hampir punah, tetapi juga tentang perjuangan manusia untuk mempertahankan identitas, tanah air, dan masa depan mereka.