
Tim BPSMP segera melakukan ekskavasi dan mengonfirmasi bahwa benda tersebut adalah fosil atap tengkorak Homo erectus arkaik, manusia purba yang hidup antara 1,5 hingga 1 juta tahun lalu. Dengan panjang 14 cm, lebar 12 cm, dan tinggi 10 cm, fosil ini memiliki ketebalan tulang mencapai 1,5 cm dan volume otak sekitar 800 cc—cukup untuk mengindikasikan kecerdasan yang mulai berkembang.
Namun, yang membuat para ahli terkejut bukan hanya kondisi fosil yang masih utuh, tetapi juga keberadaannya yang tidak lazim. Situs Sangiran memang terkenal sebagai tempat ditemukannya banyak fosil Homo erectus, tetapi temuan ini memiliki beberapa perbedaan mencolok dibanding fosil-fosil sebelumnya.
Ketika fosil tersebut diperiksa lebih lanjut, keanehan mulai terungkap. Struktur tulangnya sedikit lebih tebal dibanding Homo erectus yang ditemukan sebelumnya. Ada bekas sayatan kecil di permukaannya—tanda-tanda yang biasanya mengindikasikan aktivitas pemotongan atau modifikasi buatan.
Para ilmuwan bertanya-tanya, apakah mungkin ini merupakan indikasi praktik kanibalisme di masa purba? Ataukah Homo erectus ini mengalami kecelakaan tragis yang meninggalkan bekas luka pada tengkoraknya? Teori-teori mulai bermunculan, tetapi jawaban yang pasti masih tersembunyi di lapisan tanah purba Sangiran.
Penyelidikan lebih lanjut mengarah ke jejak sejarah yang lebih luas. Para peneliti membandingkan temuan ini dengan fosil yang pernah ditemukan oleh G.H.R. von Koenigswald pada tahun 1939, yang kini tersimpan di Frankfurt, Jerman. Kesamaannya mencengangkan, tetapi tetap ada detail-detail berbeda yang membuat para ilmuwan bertanya-tanya: Apakah ini subspesies baru Homo erectus yang belum teridentifikasi?
Lebih dari 100 individu Homo erectus telah ditemukan di Sangiran, menjadikannya situs terbesar bagi studi evolusi manusia. Bahkan, lebih dari 50% fosil Homo erectus dunia berasal dari sini. Namun, setiap penemuan baru menambah kompleksitas misteri sejarah evolusi manusia
Penemuan ini sekali lagi membuktikan bahwa Sangiran adalah laboratorium alam yang menyimpan sejarah evolusi manusia selama lebih dari dua juta tahun. Lapisan tanahnya, yang terus menggali kisah masa lalu, memberi wawasan tak ternilai bagi dunia akademik.
Namun, seperti semua misteri besar, temuan ini pun meninggalkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban. Apakah ini benar-benar Homo erectus yang kita kenal? Ataukah ini bukti adanya kelompok manusia purba lain yang belum terungkap?
Para peneliti terus menggali, mencari petunjuk dalam setiap serpihan fosil, berharap suatu hari nanti, misteri ini akan terpecahkan. Dan sementara itu, tanah Sangiran tetap menyimpan rahasianya, menunggu waktu yang tepat untuk mengungkapkan lebih banyak lagi kisah dari masa lalu.
Temukan artikel menarik lainnya yang mungkin Anda sukai berdasarkan topik dan kategori yang serupa.