Ledakan yang Mengguncang Dunia
Pagi itu, 15 Juni 1908, langit di atas Siberia tampak berbeda. Para penduduk di desa-desa terpencil melihat cahaya terang melintas di langit, diikuti oleh suara gemuruh yang mengguncang tanah. Beberapa detik kemudian, ledakan maha dahsyat mengguncang kawasan Sungai Podkamennaya Tunguska, meratakan lebih dari 80 juta pohon dalam sekejap. Gelombang kejutnya terasa hingga ribuan kilometer jauhnya, bahkan kaca-kaca jendela di Eropa bergetar akibat dampaknya. Langit tetap bercahaya selama beberapa malam setelah kejadian, membingungkan para ilmuwan dan menimbulkan pertanyaan yang hingga kini masih belum sepenuhnya terjawab.

Di awal abad ke-20, Rusia masih dalam cengkeraman perubahan besar. Revolusi dan perkembangan ilmu pengetahuan mulai mengguncang masyarakatnya, tetapi peristiwa yang terjadi di Siberia pada pagi itu menjadi misteri yang jauh lebih sulit dipahami. Ledakan yang terjadi memiliki kekuatan setara dengan 10 hingga 15 megaton TNT—setara dengan bom nuklir yang diledakkan pada Perang Dunia II.

Leonid Kulik, seorang ilmuwan dari Akademi Ilmu Pengetahuan Soviet, memimpin ekspedisi pertama ke lokasi kejadian pada tahun 1927. Ia dan timnya harus menembus hutan belantara Siberia, bertahan dari suhu ekstrem, dan menghadapi berbagai rintangan sebelum akhirnya tiba di lokasi yang telah berubah menjadi pemandangan apokaliptik. Pepohonan tumbang membentuk pola radial dari pusat ledakan, tetapi anehnya, tidak ada kawah yang ditemukan. Hal ini memicu kebingungan yang semakin mendalam.
Para ilmuwan sejak saat itu telah mencoba memecahkan misteri ini dengan berbagai teori:

- Ledakan Asteroid di Atmosfer
Berdasarkan simulasi terbaru, ledakan Tunguska kemungkinan besar disebabkan oleh asteroid berdiameter 50–60 meter yang meledak sebelum mencapai permukaan bumi. Hipotesis ini diperkuat dengan ditemukannya partikel nikel dan iridium di lokasi kejadian, elemen khas yang sering ditemukan dalam meteorit.
- Teori Komet Es
Sebagian ilmuwan berpendapat bahwa benda langit yang masuk ke atmosfer bukanlah asteroid, melainkan komet yang sebagian besar terdiri dari es. Saat memasuki atmosfer bumi, komet tersebut menguap dan melepaskan energi dalam jumlah besar, menyebabkan ledakan tanpa meninggalkan kawah.
- Hipotesis Letusan Gas Metana
Siberia kaya akan cadangan gas metana yang terperangkap di bawah permafrost. Beberapa peneliti berpendapat bahwa pelepasan besar-besaran gas ini, yang kemudian tersulut oleh sambaran petir atau fenomena atmosfer lainnya, dapat memicu ledakan dahsyat serupa.
- Eksperimen Nikola Tesla?
Salah satu teori konspirasi yang paling terkenal adalah keterlibatan ilmuwan eksentrik Nikola Tesla. Pada saat itu, Tesla sedang mengembangkan teknologi transmisi energi nirkabel yang disebut "Menara Wardenclyffe." Beberapa orang percaya bahwa peristiwa Tunguska adalah akibat dari eksperimen Tesla yang tidak disengaja. Namun, hingga kini, tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim ini.
Pasca-Ledakan: Saksi Mata dan Bukti Fisik
Penduduk setempat yang tinggal ratusan kilometer dari lokasi ledakan memberikan kesaksian yang mengerikan. Seorang petani dari desa Vanavara mengaku bahwa saat ledakan terjadi, ia merasa seolah dilempar oleh gelombang kejut yang kuat. Rumah-rumah kayu bergetar, dan ternak-ternak berlarian ketakutan. Di malam hari, langit di Eropa dan Amerika Utara bersinar terang, seakan matahari masih enggan tenggelam.

Pada tahun 1960-an, ekspedisi lebih lanjut menemukan sisa partikel berbasis mineral yang tidak biasa di daerah tersebut. Pola tumbangnya pohon yang membentuk formasi radial mengindikasikan pusat ledakan yang sangat kuat, tetapi mengapa tidak ada kawah? Misteri ini terus menjadi teka-teki besar dalam dunia ilmiah.
Misteri yang Belum Sepenuhnya Terpecahkan
Lebih dari seabad setelah peristiwa Tunguska, pertanyaan masih tetap menggantung di benak para ilmuwan. Meski hipotesis asteroid atau komet udara menjadi penjelasan paling masuk akal, kurangnya bukti fisik utama masih menyisakan ruang bagi spekulasi lebih lanjut.
Satu hal yang pasti, peristiwa Tunguska memberikan kita pengingat bahwa Bumi masih rentan terhadap dampak benda langit yang dapat menghancurkan dalam hitungan detik. Apakah peristiwa serupa bisa terjadi lagi? Ilmuwan NASA dan badan antariksa lainnya terus memantau asteroid-asteroid yang berpotensi berbahaya. Karena, seperti yang ditunjukkan oleh Tunguska, terkadang ancaman terbesar datang tanpa peringatan.
Sejarah tetap menyimpan misterinya, dan langit di atas kita masih menyimpan rahasia yang menunggu untuk diungkap.