
Mereka berdiri di tengah jalan utama sebuah kota yang dulunya ramai, kini hanya menyisakan sisa-sisa bangunan reyot dan jendela pecah. Nama kota ini: Bodie, California, sebuah kota tambang emas yang berkembang pesat pada abad ke-19, hanya untuk ditinggalkan begitu saja ketika sumber dayanya mengering.
Menurut catatan sejarah, Bodie pernah dihuni lebih dari 10.000 orang di masa kejayaannya. Penambangan emas membawa kekayaan dan kemakmuran, tetapi juga kekerasan dan kejahatan. Surat kabar lokal dari tahun 1879 mencatat pembunuhan hampir setiap minggu, membuat kota ini dijuluki 'Sarang Kejahatan di Barat'.
Namun, ketika tambang mulai mengering pada awal 1900-an, kota ini perlahan-lahan ditinggalkan. Penduduk pergi mencari peruntungan di tempat lain, meninggalkan bangunan kosong yang tetap berdiri hingga hari ini. Laporan dari National Park Service mencatat bahwa pada tahun 1942, hanya tersisa segelintir penduduk, dan kota ini resmi ditinggalkan.
"Ada yang bilang, arwah para penambang masih berkeliaran di sini," ujar Samantha, suaranya setengah bercanda.
John tertawa kecil, meskipun jelas ada nada gugup di baliknya. "Kau serius percaya cerita itu?"
Samantha menyorotkan senter ke dalam sebuah rumah kosong. Debu tebal menutupi lantai kayu yang sudah mulai lapuk. Di sudut ruangan, ada meja yang masih berisi cangkir teh berdebu, seolah-olah penghuninya baru saja pergi sebentar.
"Mereka menyebutnya Kutukan Bodie," lanjut Samantha, "Orang-orang yang mencuri barang dari kota ini konon akan mengalami nasib buruk."
John mengangkat alis. "Itu cuma mitos."
Namun, Smithsonian Magazine pernah melaporkan bahwa pengunjung yang mengambil artefak dari Bodie sering kali mengirimkannya kembali, mengaku mengalami kecelakaan aneh atau kesialan yang tak terduga.
Tiba-tiba, suara derak terdengar dari lantai atas.
John dan Samantha membeku.
"Itu... angin?" bisik John, suaranya hampir tak terdengar.
Samantha perlahan melangkah ke tangga. Setiap pijakan kayu mengeluarkan suara mencicit. Senter di tangannya bergetar sedikit saat dia menaiki anak tangga pertama.
Namun, sebelum ia mencapai puncak, terdengar suara langkah kaki—bukan dari mereka berdua.
Mereka saling berpandangan, lalu tanpa pikir panjang, berlari keluar dari rumah itu.
Di luar, angin dingin menerpa wajah mereka. John berusaha mengatur napasnya. "Apa itu tadi?"
Samantha tidak menjawab. Matanya terpaku pada jendela rumah tadi.
Di sana, di balik kaca berdebu, sepasang mata seperti menatap mereka.
Ketika ia mengedipkan mata, sosok itu lenyap.
Kota-kota hantu seperti Bodie tidak hanya menyimpan sejarah, tetapi juga kisah-kisah yang sulit dijelaskan. Apakah suara-suara aneh dan penampakan itu nyata? Atau hanya sugesti dari kisah-kisah masa lalu?
Yang pasti, sejarah kota ini tetap hidup dalam bangunan-bangunan kosongnya. Dan bagi mereka yang berani datang, Bodie masih menyimpan misterinya sendiri.
Referensi:
Temukan artikel menarik lainnya yang mungkin Anda sukai berdasarkan topik dan kategori yang serupa.