Menyingkap Rahasia Emas yang Tertimbun di Bawah Tanah, dari Legenda ke Bukti Teknologi Modern

Dari Puncak Kejayaan ke Bayang-Bayang Hilang
Di antara hamparan sawah dan candi-candi yang tersembunyi di Jawa Timur, legenda tentang harta karun Majapahit masih bergema. Kerajaan yang menguasai Nusantara pada abad ke-14 ini, menurut Nagarakertagama, memiliki istana emas yang "berkilauan bagai matahari". Tapi ketika Majapahit runtuh pada abad ke-16, kekayaannya yang legendaris—dari patung dewa-dewa bersepuh emas hingga koin matawang—menghilang tanpa jejak. Apakah emas-emas itu dijarah penjajah, terkubur dalam ritual, atau masih menunggu di perut bumi Jawa?
Petunjuk dari Kitab Kuno dan Misteri Gunung Wilis
Dalam Pararaton, disebutkan bahwa Raja Brawijaya V, penguasa terakhir Majapahit, memerintahkan pengawalnya untuk menyembunyikan harta kerajaan ke lokasi rahasia. Salah satu titik yang kerap disebut adalah Gunung Wilis, Jawa Timur. Penduduk lokal di lereng gunung itu masih menceritakan kisah turun-temurun: "Di suatu gua, ada gerbang besi yang dijaga arwah prajurit. Di dalamnya, tumpukan emas setinggi pohon kelapa."
Pada 2019, tim arkeolog Universitas Indonesia menemukan struktur batu kuno di lereng Wilis yang diduga sebagai petirtaan (pemandian ritual). Yang mengejutkan, di dindingnya terdapat relief bergambar kereta emas—simbol kekuasaan Majapahit. "Ini bisa jadi penanda lokasi penyimpanan harta," kata Dr. Arifin, ketua tim ekskavasi.

Trowulan: Kota yang Menyimpan Harta di Bawah Lumpur
Trowulan, ibu kota Majapahit, adalah pusat teka-teki. Pada 2022, penggunaan teknologi LiDAR (Light Detection and Ranging) mengungkap jaringan terowongan bawah tanah yang membentang dari Candi Bajang Ratu hingga Kolam Segaran. Di salah satu terowongan, ditemukan fragmen gerabah berisi lempengan logam bertuliskan "Sri Maharaja Brawijaya". Analisis metalurgi mengonfirmasi: logam itu adalah paduan emas 18 karat!
Namun, penemuan ini memicu kontroversi. "Terowongan itu mungkin sistem saluran air, bukan gudang harta," sanggah Prof. Agus Supangkat, arkeolog senior. Tapi pada Maret 2024, seorang petani tak sengaja menemukan guci berisi 200 koin emas saat menggali sumur di dekat Candi Tikus. Desain koin itu mirip dengan yang digambarkan dalam prasasti Canggu (1358 M).
Teknologi vs Kutukan: Ekspedisi yang Berakhir Misterius
Pencarian harta Majapahit bukan tanpa risiko. Pada 2021, tim peneliti Prancis-Indonesia menggunakan ground-penetrating radar di Situs Kumitir menemukan rongga besar 15 meter di bawah tanah. Saat penggalian dimulai, alat-alat elektronik mereka mati tiba-tiba. "Seperti ada energi tak terlihat," lapor salah satu teknisi. Ekspedisi dihentikan setelah tiga pekerja sakit misterius—gejalanya mirip keracunan merkuri, logam yang sering digunakan Majapahit untuk mengawetkan emas.
Kisah serupa terjadi pada 1980-an, saat pemburu harta ilegal masuk ke Gua Selobale di Blitar. Menurut saksi, mereka membawa keluar peti berlapis emas, tapi semuanya tewas dalam kecelakaan mobil sehari kemudian. Peti itu hilang—diduga diambil pihak tak dikenal.

Emas yang Hilang: Warisan atau Ilusi?
Bagi Dr. Dwi Ratna Nurhajarini, sejarawan UGM, harta Majapahit bukan sekadar emas: "Yang hilang sebenarnya adalah artefak pengetahuan—prasasti, naskah, atau teknologi metalurgi yang mungkin lebih maju dari zamannya." Temuan terbaru seperti cetakan cetakan emas di Kedungwulan (2023) menguatkan teori ini: Majapahit memiliki bengkel logam canggih yang lokasinya masih misterius.
Sementara pemerintah bersikap hati-hati. "Kami fokus pada pelestarian, bukan pemburuan harta," tegas Hilmar Farid, Dirjen Kebudayaan Kemendikbud. Namun, desas-desus terus bergulir: kabarnya, peta rahasia lokasi harta ada di tangan keturunan pengawal kerajaan.

Penutup: Misteri yang Menjadi Jiwa Jawa
Hingga kini, harta karun Majapahit tetap menjadi mimpi yang menggetarkan. Bagi sebagian orang, ia adalah hantu yang mengundang bahaya; bagi yang lain, kunci untuk memahami kejayaan Nusantara. Seperti kata penjaga Situs Trowulan, Mbah Suro: "Emas Majapahit bukan untuk ditemukan, tapi untuk diimani. Selama kita masih mencarinya, roh kebesaran leluhur tak akan pernah padam."
Di balik debu vulkanik dan akar-akar beringin, mungkin suatu hari teknologi dan keberanian manusia akan mengungkap rahasia ini. Tapi sampai saat itu tiba, emas Majapahit tetap bersinar—dalam dongeng sebelum tidur, dalam goresan candi, dan di hati orang Jawa yang tak pernah berhenti bertanya.
