Kota-Kota yang Hilang di Indonesia: Jejak Peradaban yang Terlupakan
Sejarah & Arkeologi

Kota-Kota yang Hilang di Indonesia: Jejak Peradaban yang Terlupakan

Menelusuri Jejak yang Tertinggal

"Tuan, saya tidak bisa menjelaskan bagaimana reruntuhan ini dulu berdiri, tetapi saya yakin bahwa ini pernah menjadi kota yang megah." Kalimat ini ditulis dalam laporan ekspedisi Belanda tahun 1815 oleh H.C. Cornelius, seorang insinyur yang ditugaskan untuk meneliti reruntuhan misterius di pedalaman Sumatera.

Di berbagai belahan Nusantara, terdapat banyak kota yang dulunya megah, namun kini hanya tersisa puing-puing atau bahkan hilang tanpa jejak. Kota-kota ini pernah menjadi pusat perdagangan, pemerintahan, dan kebudayaan, sebelum akhirnya runtuh karena perang, bencana alam, atau perubahan politik. Dengan menelusuri arsip sejarah dan dokumen resmi, kita akan mengungkap kisah di balik kota-kota yang pernah berjaya tetapi kini terlupakan.

Latar Belakang Sejarah: Kejayaan yang Hilang

1. Kota Lambri (Aceh)

Dalam catatan pelaut Marco Polo pada abad ke-13, disebutkan bahwa di ujung barat Sumatera terdapat sebuah kerajaan bernama Lambri. Catatan ini kemudian diperkuat oleh rekaman dari ekspedisi Tiongkok pada abad ke-15 yang mengisyaratkan bahwa Lambri adalah pusat perdagangan penting di Selat Malaka. Namun, pada abad ke-16, kota ini lenyap tanpa banyak catatan yang tersisa, diduga karena konflik internal dan dominasi Kesultanan Aceh.

2. Kota Cahaya (Kalimantan Timur)

Sumber dari arsip Kesultanan Kutai menyebutkan tentang sebuah kota bernama Kota Cahaya yang konon menjadi pusat pemerintahan sebelum akhirnya hilang pada abad ke-17. Riset modern menunjukkan bahwa kemungkinan besar kota ini tenggelam akibat erosi sungai Mahakam dan perubahan jalur perdagangan.

3. Kota Loji (Jawa Barat)

Dalam laporan VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) tahun 1680, ditemukan catatan mengenai sebuah kota dagang bernama Kota Loji yang dulunya menjadi pos perdagangan penting di pesisir Jawa Barat. Kota ini hancur akibat serangan pasukan Mataram yang berusaha mengusir kekuatan Eropa.

Rincian Peristiwa Berdasarkan Arsip

Hilangnya Lambri: Ditelan Sejarah

Salah satu sumber tertua mengenai Lambri berasal dari ekspedisi Cheng Ho yang mencatat kunjungan ke kota ini pada tahun 1416. Dalam laporan tersebut, disebutkan bahwa kota ini memiliki pelabuhan yang ramai dengan kapal-kapal dari Arab, India, dan Tiongkok. Namun, dalam laporan Belanda pada abad ke-17, Lambri sudah tidak lagi disebutkan. Penelusuran arkeologi yang dilakukan pada tahun 1970-an menemukan sisa-sisa struktur yang diduga bekas pelabuhan kuno di Aceh Besar.

Runtuhnya Kota Cahaya: Bencana atau Perang?

Dalam laporan Kolonial Hindia Belanda tahun 1890, ditemukan peta yang menunjukkan wilayah yang kemungkinan besar adalah Kota Cahaya. Namun, dalam ekspedisi tahun 1925, kota ini tidak lagi dapat ditemukan. Para sejarawan menduga bahwa kota ini hilang karena perubahan lingkungan yang drastis dan pemindahan pusat kekuasaan oleh Kesultanan Kutai.

Serangan ke Kota Loji: Laporan VOC

Surat dari Gubernur Jenderal VOC di Batavia tahun 1680 mencatat serangan besar yang dilakukan oleh pasukan Kesultanan Mataram terhadap pos perdagangan VOC di pesisir Jawa Barat. Kota Loji, yang dulunya pusat perdagangan rempah-rempah dan kayu, dibakar habis dan penduduknya mengungsi. Setelah peristiwa ini, Kota Loji tidak pernah dibangun kembali.

Dampak dari Kehancuran Kota-Kota Ini

Hilangnya kota-kota ini membawa dampak besar dalam sejarah Nusantara:

  • Pergeseran Jalur Perdagangan: Kota yang hilang menyebabkan perubahan jalur perdagangan, dengan kota-kota baru seperti Banten dan Makassar yang mengambil alih peran strategis.
  • Perubahan Politik: Hilangnya kota Lambri dan Kota Cahaya menandakan perubahan kekuasaan yang signifikan, dari kerajaan maritim ke kesultanan Islam yang lebih dominan.
  • Punahnya Jejak Budaya: Banyak manuskrip, struktur bangunan, dan tradisi lisan yang lenyap seiring dengan hilangnya kota-kota ini.

Mencari Jejak yang Tersisa

Meskipun kota-kota ini telah lama hilang, upaya arkeologi dan penelitian sejarah terus dilakukan untuk mengungkap jejaknya. Misalnya, pada tahun 2013, tim arkeologi Indonesia menemukan sisa-sisa pelabuhan kuno di Aceh yang diduga terkait dengan Lambri. Penelitian terhadap arsip VOC juga masih dilakukan untuk mencari tahu lebih lanjut tentang keberadaan Kota Loji.

Hilangnya kota-kota ini bukan hanya meninggalkan misteri, tetapi juga pelajaran tentang bagaimana peradaban berkembang dan runtuh. Jejak sejarah yang tersisa menjadi pengingat bahwa kejayaan suatu kota bisa pudar dalam sekejap, dan penting bagi kita untuk terus melestarikan sejarah agar tidak benar-benar hilang dalam ingatan zaman.

Referensi:

  1. Laporan Ekspedisi H.C. Cornelius, 1815.
  2. Catatan Marco Polo, "The Travels of Marco Polo", abad ke-13.
  3. Rekaman Ekspedisi Cheng Ho, 1416.
  4. Arsip VOC, Surat Gubernur Jenderal Batavia, 1680.
  5. Laporan Kolonial Hindia Belanda, 1890 & 1925.
  6. Penelitian Arkeologi Aceh, 2013.

"Sejarah yang hilang masih bisa ditemukan, jika kita cukup gigih untuk mencarinya."

Related Articles

More Articles You Might Like