Bab 1: Penemuan di Gang Baltimore—Awal dari Tragedi
Pada 3 Oktober 1849, Baltimore diselimuti mendung. Di sebuah gang kotor dekat tempat pemungutan suara, seorang pria ditemukan dalam kondisi mengenaskan. Pakaiannya kusut dan terlalu besar seakan milik orang lain. Tubuhnya lemah, matanya kosong, dan bibirnya terus menggumam satu nama yang tak dikenal: "Reynolds."
Pria itu bukan orang sembarangan. Dia adalah Edgar Allan Poe, penulis jenius yang telah mengguncang dunia sastra dengan kisah-kisah kelam dan misterius. Namun kini, ia sendiri terjebak dalam misteri yang lebih menyeramkan daripada semua cerita yang pernah ia tulis.
Dokter Joseph E. Snodgrass, yang pertama kali menolongnya, menulis dalam laporannya:
"Ia tampak seperti seseorang yang telah menyaksikan sesuatu yang seharusnya tidak pernah dilihat manusia."
Empat hari kemudian, pada 7 Oktober 1849, Poe meninggal dunia dalam keadaan meracau dan tampak dikejar sesuatu yang tak terlihat. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi padanya sebelum ia ditemukan, bagaimana ia bisa berakhir di sana, atau siapa "Reynolds" yang terus ia sebut-sebut.
Namun yang paling aneh, tidak ada otopsi yang dilakukan. Seolah-olah dunia lebih memilih membiarkan misteri ini tetap terkubur.

Bab 2: Hari-Hari Terakhir yang Hilang
Sebelum kejadian itu, Poe sedang dalam perjalanan ke Philadelphia untuk mengurus proyek editorial. Namun, sejak 27 September 1849, ia menghilang tanpa jejak.
Beberapa saksi terakhir yang melihatnya menggambarkan perilaku aneh: gelisah, seakan-akan sedang dibuntuti oleh sesuatu. Salah satu kondektur kereta mengaku melihatnya tampak "takut dan berbicara sendiri."
Maria Clemm, ibu mertua sekaligus sosok yang paling dekat dengannya, menerima surat dari Poe sebelum ia menghilang. Surat itu berbunyi:
"Aku merasa ada sesuatu yang mengikutiku. Jika terjadi sesuatu padaku, jangan percaya pada apa yang mereka katakan."
Lalu, lima hari setelah menghilang, Poe tiba-tiba muncul di Baltimore—bukan dalam keadaan sadar, bukan dengan pakaian miliknya sendiri, tetapi dalam keadaan sekarat.
Apa yang terjadi dalam lima hari itu?

Bab 3: Teori-Teori Kematian yang Tak Terjawab
Tanpa otopsi, kematian Poe menjadi teka-teki yang mengundang banyak teori.
1. Cooping—Diculik untuk Kecurangan Pemilu
Baltimore pada abad ke-19 dikenal dengan praktik cooping, di mana orang-orang diculik, dipaksa minum alkohol atau narkotika, dan dipaksa memilih berulang kali di berbagai TPS. Poe ditemukan di dekat TPS, mengenakan pakaian yang bukan miliknya. Beberapa sejarawan percaya ia adalah korban dari praktik ini dan ditinggalkan begitu saja setelah tak berguna.
2. Keracunan atau Pembunuhan?
Poe dikenal memiliki masalah dengan alkohol, tetapi dokter yang merawatnya mencatat bahwa tidak ada bau alkohol dalam napasnya. Pada 1999, uji forensik terhadap rambut Poe menemukan kadar timbal yang tinggi—sebuah petunjuk bahwa ia mungkin telah diracuni.
3. Penyakit yang Tidak Diketahui
Beberapa dokter modern menduga Poe menderita rabies, epilepsi, atau ensefalitis, mengingat gejalanya yang mencakup delusi dan kejang. Namun, tanpa bukti medis, semua tetap spekulasi.

4. Sesuatu yang Lebih Gelap?
Kematian Poe terasa seperti bagian dari ceritanya sendiri—seolah-olah ia telah menjadi tokoh dalam kisah horor yang ia tulis. Apakah ini hanya kebetulan? Atau apakah Poe benar-benar tahu sesuatu yang membuatnya menjadi target?
Bab 4: Misteri yang Hidup Lebih Lama dari Kematian
Kematian Poe bukanlah akhir. Justru, ia menjadi legenda yang terus tumbuh.
Sejak tahun 1949, pada setiap ulang tahunnya, seorang pria misterius berpakaian hitam—dijuluki Poe Toaster—datang ke makamnya dan meninggalkan tiga mawar serta sebotol cognac. Ritual ini berlangsung selama 60 tahun, hingga tiba-tiba berhenti pada 2009, tanpa ada penjelasan.
Bahkan setelah berabad-abad, kematian Poe tetap menjadi salah satu misteri terbesar dalam sejarah sastra.
Dan mungkin, seperti kata burung gagak dalam puisinya:
"Nevermore."