Game Show Paling Curang Sepanjang Sejarah: Skandal 'Twenty One' (1956-1958)
Skandal

Game Show Paling Curang Sepanjang Sejarah: Skandal 'Twenty One' (1956-1958)

Skandal yang Mengubah Dunia Pertelevisian

Pada tahun 1950-an, televisi menjadi fenomena yang mengubah cara masyarakat Amerika mengonsumsi hiburan. Salah satu bentuk acara yang paling populer saat itu adalah game show atau kuis televisi. Namun, di balik kepopulerannya, tersimpan skandal besar yang mengguncang industri pertelevisian. Antara tahun 1956 hingga 1958, acara kuis Twenty One—yang ditayangkan di NBC—terungkap telah direkayasa, di mana para peserta diberikan jawaban sebelumnya untuk meningkatkan rating dan ketegangan drama di layar kaca.

Kasus ini menjadi salah satu skandal terbesar dalam sejarah televisi Amerika dan menyebabkan perubahan drastis dalam regulasi penyiaran. Keterlibatan Charles Van Doren, seorang akademisi terhormat yang kemudian menjadi simbol kecurangan dalam dunia kuis, semakin memperparah dampak skandal ini.

Latar Belakang & Konteks Sejarah

Pada pertengahan 1950-an, game show di televisi menjadi sumber hiburan utama bagi jutaan warga Amerika. Salah satu acara yang paling sukses adalah Twenty One, yang diproduksi oleh Jack Barry dan Dan Enright. Formatnya sederhana: dua kontestan bersaing untuk mencapai skor 21 dengan menjawab pertanyaan yang semakin sulit. Namun, untuk menjaga ketertarikan penonton, produser mulai mengontrol hasil pertandingan dengan memberikan jawaban dan strategi permainan kepada kontestan tertentu.

Herb Stempel, salah satu kontestan awal yang tampil pada tahun 1956, adalah korban pertama dari manipulasi ini. Awalnya, ia diminta untuk menang dalam beberapa episode demi membangun cerita yang menarik. Namun, ketika rating acara mulai menurun, produser memutuskan bahwa Stempel harus kalah demi menghadirkan wajah baru yang lebih karismatik.

Di sinilah Charles Van Doren masuk ke dalam cerita. Seorang dosen muda dan berasal dari keluarga intelektual ternama, Van Doren menarik perhatian NBC karena citranya yang sempurna. Untuk meningkatkan popularitas acara, ia diberikan jawaban dan diarahkan agar tampil sebagai jenius baru yang tak terkalahkan.

Manipulasi dan Skema Kecurangan

Rekayasa dalam Twenty One tidak hanya sebatas pemberian jawaban, tetapi juga mencakup pengaturan ekspresi, reaksi, dan ketegangan dramatis di layar kaca. Van Doren sering berpura-pura berpikir keras sebelum memberikan jawaban yang sebenarnya telah ia hafal sebelumnya. Publik Amerika terpikat dengan sosoknya, menjadikannya pahlawan nasional dalam dunia pertelevisian.

Namun, kebohongan ini tidak bertahan lama. Herb Stempel, yang merasa dikhianati setelah "dipaksa kalah," akhirnya membongkar kecurangan tersebut kepada pers dan otoritas hukum. Pada tahun 1958, investigasi resmi dimulai oleh pemerintah AS.

Pengungkapan Skandal dan Dampaknya

Investigasi Senat Amerika Serikat, yang dikenal sebagai Congressional Quiz Show Hearings, dimulai pada tahun 1959. Charles Van Doren akhirnya dipanggil untuk bersaksi di hadapan Kongres. Awalnya, ia membantah keterlibatannya dalam kecurangan tersebut. Namun, tekanan publik dan bukti yang semakin kuat membuatnya mengakui bahwa ia telah menerima jawaban sebelum tampil dalam acara.

Kesaksiannya mengejutkan publik. Van Doren yang sebelumnya dihormati sebagai figur akademis, kini dicap sebagai simbol kebohongan dan manipulasi dalam media. Ia kehilangan pekerjaannya di Universitas Columbia dan terpaksa mengundurkan diri dari dunia hiburan.

Sebagai akibat dari skandal ini, Kongres melarang segala bentuk manipulasi dalam acara kuis televisi dan memperkenalkan regulasi baru dalam industri penyiaran. Peristiwa ini juga meruntuhkan kepercayaan publik terhadap program hiburan berbasis kompetisi di televisi, menciptakan dampak jangka panjang yang dirasakan hingga era modern.

Pelajaran dari Skandal 'Twenty One'

Skandal Twenty One adalah pengingat bahwa manipulasi media dapat memiliki konsekuensi besar, tidak hanya bagi individu yang terlibat tetapi juga bagi kepercayaan publik terhadap institusi media. Kejadian ini membuka mata banyak orang terhadap potensi kecurangan dalam dunia hiburan dan pentingnya transparansi dalam penyiaran.

Dampak dari kasus ini masih terasa hingga saat ini, di mana regulasi yang lebih ketat diterapkan dalam industri pertelevisian dan media. Skandal ini juga menjadi inspirasi bagi film Quiz Show (1994) yang menggambarkan kisah nyata kebohongan dan kejatuhan seorang intelektual akibat keserakahan industri hiburan.

Dengan demikian, peristiwa ini menjadi salah satu contoh nyata bagaimana skandal dapat mengubah lanskap budaya populer selamanya.

Related Articles

More Articles You Might Like