Hilangnya Penjelajah Terakhir
Di pagi yang kelabu, sebuah perahu kecil tampak terombang-ambing di lautan Andaman. Di dalamnya, John Chau, seorang misionaris muda, duduk dalam diam. Riak ombak membawa suara burung camar yang melayang di atasnya. Jauh di depan, Pulau Sentinel Utara membentang seperti bayangan gelap di tengah samudra. Pulau ini bukan sekadar daratan terpencil; ia adalah benteng terakhir suku Sentinel, kelompok yang menolak segala bentuk peradaban modern.
John tahu risikonya. Pemerintah India telah menetapkan zona larangan masuk di sekitar pulau itu. Namun, baginya, larangan ini hanyalah ujian iman. Ia tidak akan menjadi orang pertama yang mencoba menginjakkan kaki di sana, tetapi ia mungkin menjadi yang terakhir.

Hari itu, ia menghilang. Kapal yang mengantarnya menemukan tubuhnya beberapa hari kemudian, terdampar di bibir pantai, sementara siluet-siluet suku Sentinel tampak berjaga di kejauhan. Pulau itu menutup diri kembali, seolah tak pernah ada peristiwa yang terjadi.
Surtsey – Pulau yang Lahir dari Api
Di tempat lain, ribuan kilometer dari perairan Andaman, sebuah daratan baru muncul dari kedalaman lautan Atlantik. Tahun 1963, letusan gunung berapi di lepas pantai Islandia menciptakan sebuah pulau baru yang diberi nama Surtsey. Asap tebal membubung ke angkasa, membentuk pilar hitam yang bisa terlihat dari Reykjavik.
Para ilmuwan yang pertama kali menginjakkan kaki di sana menggambarkan tanahnya yang masih panas dan beruap, aroma belerang yang menyengat menusuk hidung. Pulau ini menjadi laboratorium alami yang sempurna untuk meneliti bagaimana kehidupan pertama kali muncul di sebuah daratan baru. Namun, untuk menjaga keasliannya, kunjungan ke Surtsey sangat dibatasi.

Seorang ahli biologi yang mendapat izin langka untuk meneliti vegetasi di sana pernah menceritakan pengalaman anehnya. “Setiap langkah terasa seperti menelusuri waktu ke era purba,” katanya. “Tak ada suara manusia, hanya desiran angin dan deburan ombak.” Pulau itu tetap terlarang bagi wisatawan, dan hanya segelintir ilmuwan yang bisa melihatnya secara langsung.
Pulau Ramree – Neraka di Tengah Rawa
Pulau Ramree, Burma, menyimpan kisah mengerikan yang tercatat dalam sejarah Perang Dunia II. Pada tahun 1945, ratusan tentara Jepang yang melarikan diri ke rawa-rawa pulau ini bertemu dengan musuh yang lebih mematikan daripada pasukan Sekutu: buaya air asin.
Menurut laporan saksi mata, malam di Pulau Ramree dipenuhi dengan jeritan. Tentara-tentara itu bukan hanya tenggelam dalam rawa, tetapi juga menjadi mangsa buaya yang berkeliaran dalam gelap. Dari ratusan prajurit yang masuk, hanya segelintir yang keluar hidup-hidup.
Hingga kini, pulau ini masih jarang dikunjungi. Atmosfernya yang sunyi, rawa-rawa yang gelap, dan sejarah berdarahnya menjadikannya salah satu tempat paling menakutkan di dunia.

Misteri yang Terus Berlanjut
Pulau-pulau ini bukan sekadar lokasi geografis; mereka adalah saksi bisu sejarah yang kelam dan misterius. Dari Sentinel Utara yang menolak peradaban, Surtsey yang melindungi kemurnian alam, hingga Ramree yang menjadi kuburan massal tanpa nisan—setiap pulau memiliki kisahnya sendiri.
Manusia selalu tertarik pada hal yang terlarang. Namun, ada tempat-tempat yang lebih baik tetap menjadi misteri. Sebab, tak semua rahasia alam semesta harus diungkap.